Bagaimana Mencegah Korupsi
di Negeri Ini?



Patut diapresiasi apa yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah korupsi di republik ini. Ada keinginan yang kuat dari pemerintah, khususnya dari Presiden, untuk mencegah 'penyakit' yang sudah mewabah selama puluhan tahun sejak negeri ini berdiri.

Hukum mulai ditegakkan. Para koruptor sudah ditangkap. Muncul sikap kehati-hatian di kalangan para pejabat sekalipun sikap ini mungkin muncul karena takut jabatannya dicopot atau tidak mendapat kompensasi-kompensasi tambahan. 

Penyakit korupsi merupakan sesuatu yang aktif. Ia tidak hanya 'bangun' tiba-tiba bila ada peluang, tetapi juga terus mencari kesempatan untuk melakukan korupsi.

Pemahaman terhadap 'penyakit' ini (korupsi) sangat penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan atau menguranginya ke depan. Ini tidak akan pernah punah dari hidup manusia sebelum langit runtuh.

Penyakit korupsi merupakan sesuatu yang aktif. Ia tidak hanya 'bangun' tiba-tiba bila ada peluang, tetapi juga terus mencari kesempatan untuk melakukan korupsi.

Bagi yang sudah lihai memainkannya, ia berusaha sebaik mungkin menggunakan perangkat-perangkat yang ada temasuk memanfaatkan celah-celah hukum sekalipun. Masih ada cara-cara baru yang mungkin bisa dipikirkan agar tetap bisa melakukannya.


Sangat sedikit orang yang alergi terhadap korupsi yang telah mengakar dalam kehidupan banyak pejabat publik maupun swasta.

Syukurlah masih ada sosok seperti Presiden Jokowi dan mantan Gubernur Ahok atau seperti Bung Hatta dan tokoh-tokoh lain di era awal pemerintahan negeri ini, yang bisa menginspirasi masyarakat untuk tidak melakukan korupsi.

Seperti kata pepatah Cina, bila pemimpin sudah lurus dan bersih, bawahannya kemungkinan besar akan lurus juga. 

Langkah-Langkah Mencegah Korupsi

Tentu begitu banyak yang harus dilakukan. Namun, hanya beberapa saja disebutkan di halaman ini. Pertama adalah penegakan hukum.

Kita sudah mendengar atau membaca berita bagaimana sepak terjang pemerintah lewat KPK untuk mengurangi korupsi.

Ketua lembaga negara yang terhormat saja telah menjadi berita nasional; ia mungkin bisa menjadi tersangka sebagai pelaku korupsi.

Lembaga kepolisian juga ikut serta ambil bagian dalam penegakan ini. Namun, karena para penegak hukum juga manusia dan setiap orang sudah terjangkit penyakit turunan yang diwarisi dari manusia pertama, maka para penegak hukum juga tetap punya peluang besar untuk melakukan korupsi.

Bila pimpinan tertinggi setiap lembaga penegak hukum bersih seperti Jokowi atau Ahok, penegakan hukum ini bisa lebih baik di masa-masa mendatang.   

Kedua adalah lewat pendidikan. Inipun sebenarnya sulit juga dilakukan sebab di jajaran institusi pendidikan pun penyakit korupsi juga mewabah. Lagi-lagi ini terkait teori Taman Eden; setiap orang keturunan Adam mewarisi benih penyakit korupsi.

Bila ada kesempatan untuk korupsi, sifat ini akan bangun cepat dan secara aktif mencari keuntungan untuk dirinya sendiri dengan melanggar aturan yang diajarkan agama maupun hukum hati nurani.

Bagaimana mungkin para tokoh atau guru dalam dunia pendidikan dapat menanamkan mental melawan korupsi kepada anak didik bila mereka juga melakukannya?

Bagaimana para guru, dosen atau jajaran pendidik mendidik siswa atau mahasiswa untuk tidak melakukan korupsi sedangkan mereka sendiri tidak alergi terhadap korupsi.

Dengan ditanamkannya pemikiran-pemikiran yang baik atau karakter-karakter unggul secepatnya, ada kemungkinan pola-pola untuk tidak korupsi terbentuk, yang nantinya bisa menjadi arus yang kuat dalam pikiran.

Namun demikian, bidang pendidikan masih bisa diharapkan untuk mencegah korupsi dengan memberikan pendidikan yang menitik-beratkan pelajaran bagaimana melahirkan karakter unggul dalam diri siswa.

Melalui buku-buku yang digunakan di sekolah, ide-ide untuk mencegah korupsi dan membangun karakter agung dapat ditanamkan secepat mungkin di usia anak-anak atau remaja.

Dengan ditanamkannya pemikiran-pemikiran yang baik atau karakter-karakter unggul secepatnya, ada kemungkinan pola-pola untuk tidak korupsi terbentuk, yang nantinya bisa menjadi arus yang kuat dalam pikiran.

Ketiga adalah meningkatkan kompensasi orang yang bekerja. Sekalipun tidak menjamin, ini dapat mengurangi intensitas korupsi.

Sudah diketahui secara umum bahwa kompensasi para pegawai negeri boleh dikatakan belum memadai kalau dibandingkan dengan tangungjawabnya.

Gaji gubernur DKI Jakarta saja masih di bawah sepuluh juta sedangkan tanggung jawab yang ia pikul adalah puluhan triliun rupiah setiap tahun.

Tidak logis gaji pokok seorang gubernur dibawah gaji pokok seorang Engineer di perusahaan minyak yang memproduksi minyak 10.000 barrel per hari.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk mencegah korupsi termasuk memberikan pemahaman tentang relasi antara pikiran dan tubuh kepada pekerja.

Pemahaman ini bisa menyingkap banyak rahasia bagaimana menangani korupsi di masa mendatang. Bila pemahaman ini  diberikan kepada pekerja atau karyawan, ini bisa mengurangi korupsi di masa pendatang.



Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com