Contoh Percakapan Filosofis



Contoh Percakapan Filosofis

Berfilsafat itu luas. Namun, untuk memberi introduksi kepada Anda yang jarang bersentuhan dengan istilah ini, saya sajikan sebuah percakapan antara Radot  dan Sopia. Ini menolong Anda untuk lebih mengenal bagaimana berfisafat itu. 

Contoh Percakapan Filosofis

Sopia: "Radot, berfilsafat itu bagaimana sich?"

Radot: "Kok tiba-tiba suka sama Filsafat?"

Sopia: "Ya. Saya penasaran. Katanya filsafat itu identik dengan bertanya. Kalau hanya bertanya, saya juga banyak bertanya. Tiap hari saya bertanya. Di kantor saya bertanya.

Di rumah saya bertanya. Di kantor, saya menanya bos saya apakah saya dapat promosi atau tidak; apakah gaji saya naik?; apakah uang transport naik? Itu beberapa pertanyaan saya di kantor."

Radot: "Ya. Kita bertanya dalam banyak hal, tetapi banyak pertanyaan kita bukan pertanyaan filosofis. Pertanyaanmu tadi adalah pertanyaan di level teknis.

Pertanyaan sejenis, berapa suhu kota Jakarta hari ini? Berapa gaji pokok Gubernur DKI? Apa saja pembangunan yang sudah dilakukan di Jakarta? Kapan Pilkada DKI dilakukan?

Partai politik apa yang mendapat kursi terbanyak di DPR? Ini semua bukan pertanyaan filosofis. Ini pertanyaan di tataran teknis. Dalam filsafat, pertanyaannya bukan begitu."

Sopia: "Jadi para filosof nanya apa?"

Radot: "Ia menanyakan sesuatu yang tidak sering kita tanya. Pertanyaannya lebih dalam. Mereka menanya hal-hal yang tidak kelihatan dan kadang tidak mudah dijawab.

Kelihatannya abstrak, tapi riil. Pertanyaannya terkesan tidak punya manfaat dalam kehidupan sehari-hari; pertanyaannya banyak di tataran ide.

Jawabannya dalam tataran ide juga. Kalapun ada jawaban, butuh banyak energi menemukannya. Ini salah satu sebab mengapa orang tidak suka berfilsafat."
 
Sopia: "Misalnya apa?"

Radot: "Ini contoh percakapan filosofis. Pernah Sopia makan lontong sayur?"

Sopia: "Pernah."

Radot: "Kamu suka makan lontong sayur?"

Sopia: "Saya suka banget apalagi kalau lontong sayur yang di samping Gedung BNI 46, Jalan Sudirman."

Radot: "Kamu sudah punya pacar?"

Sopia: "Belum."

Radot: "Kalau misalnya kamu punya pacar,  apakah ia suka makan  lontong sayur?"

Sopia terdiam. Ia berpikir sejenak apakah pacarnya suka lontong sayur sedangkan ia belum punya pacar saat ini.

Sopia: "Saya tidak tahu apakah pacarku nanti suka makan lontong sayur atau tidak. Bagaimana saya tahu?"

Radot: "Itulah salah satu contoh percakapan filsafat. Kita berspekulasi. Kamu tidak tahu apakah pacarmu suka makan lontong sayur sampai kamu punya pacar"

Sopia: "Kalau saya tidak punya pacar, bagaimana?"

Radot: "Selama itu pula kamu tidak tahu apakah pacarmu suka lontong sayur atau tidak."

Sopia: "Jadi, saya harus punya pacar dulu?"

Radot: "Itu kalau kamu serius mau tahu apakah pacarmu suka lontong sayur atau tidak."

Sopia: "Jadi, saya harus punya pacar untuk mengetahui apakah pacarku suka lontong sayur atau tidak."

Radot: "Filosof terus mencari. Dia terus bertanya sampai menemukan jawaban. Ia membandingkan jawaban yang satu dengan yang lain. Ia renungkan; ia pikir.

Ia mungkin diamkan sejenak, sehari atau beberapa hari. Kemudian, ia renungkan lagi. Waktu ia menemukan jawaban- filosof senang. Itulah akhir dari pencarian filosofisnya.

Ia menemukan bijaksana. Ia menemukan kebenaran. Kalau sudah menemukan kebenaran, ia melakukan pencarian yang baru. Ia mengulangi prosesnya.

Ia bandingkan; ia analisa; ia renungkan. Bila ia menemukan jawabnya, ia membuat pencarian yang baru lagi. Demikianlah seterusnya. Ia tidak berhenti mencari. Itulah filosof sejati."

Sopia: "Apakah ia selalu menemukan jawaban?"

Radot: "Tidak selalu. Namanya juga mencari. Kadang tidak menemukan. Ada yang mengganjal terutama dari dalam dirinya sendiri. Bila ia tidak punya niat, ia sulit menemukan jawaban. Kalau ia punya niat, ia mungkin menemukannya.

Bila ia menemukan, ia terus  membuat pencarian filosofis yang baru. Begitu banyak yang perlu kita tahu dan pengetahuan itu tidak selalu  tersingkap kepada kita. Kita harus terus mencari."  

"Bila saya punya pacar, apakah pacar saya suka lontong sayur?" Sopia bertanya dalam hati.


Itulah salah satu contoh percakapan filosofis. Menarik? Butuh pembuktian? Coba saja berbicara filosofis dengan teman atau dengan pasangan hidup Anda?


Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com