Tubuh dan Jiwa- Inilah Unsur-Unsur Kemanusiaan Kita



Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Tubuh adalah unsur yang kelihatan dan bersifat materi. Mulai dari kepala, mata, telinga, mulut, lidah, tangan, hidung, dan apa saja yang dapat dilihat dari luar atau apa yang dapat dilihat dengan bantuan alat teknologi seperti otak, jantung, hati, ginjal, paru-paru dan organ-organ tubuh lainnya- tubuh dapat dilihat.

Berbeda dengan tubuh yang tidak kelihatan dan bersifat materi, jiwa tidak dapat dilihat. Ia eksis sekalipun tidak kelihatan. Tidak ada alat secanggih apapun yang bisa melihat jiwa. Tidak ada yang bisa meneropong jiwa dengan bantuan alat apapun seperti CT (Computerized Axial Tomografi) Scan.

Jiwa hanya dapat 'dikenal' lewat aktifitas tubuh- lewat perkataan, tulisan dan tindakan.' Ada pepatah, 'Pohon baik atau tidak dapat dikenal dari buahnya.' Dari tindakan seseorang dapat 'dikenal' jiwa seseorang.

Tanpa jiwa, manusia tidak dapat bergerak. Tanpa jiwa manusia menjadi mayat. Tidak ada aktifitas sekecil apapun yang dapat dilakukan oleh manusia kalau jiwanya tidak ada.

Jiwalah yang menggerakkan mayoritas organ-organ tubuh kita. Ia memberikan tindakan apa yang harus dilakukan.

Tubuh dan jiwa saling mempengaruhi. Bagaimana jiwa mempengaruhi tubuh dan sebaliknya- ini memang sangat menarik. Sampai pada batas tertentu, kondisi tubuh dapat mempengaruhi jiwa juga.

Bila tubuh mengalami luka misalnya, kita bisa mengerang dan merasa kesakitan dan perasaan ini merupakan aktifitas dari jiwa. Bila ada alat-alat tubuh yang tidak berfungsi- jiwa bisa terganggu.

Namun, tidak selamanya kelemahan-kelemahan atau kesakitan dalam tubuh bisa mendikte jiwa. Jiwa bisa melampui kelemahan-kelemahan phisik.

Ini bisa dilihat dari orang-orang yang cacat yang berprestasi luar biasa. Penyanyi Steve Wonder yang buta bisa menggubah lagu dan menyanyikan lagu-lagu yang baik.

Jiwa bisa eksis tanpa tubuh. Jiwa bisa berbicara, mengeluh, mengerang, bersukacita tanpa bersatu dengan tubuh. Jiwa dapat berkomunikasi dengan Pribadi Supranatural, khususnya dengan Pencipta jiwa itu sendiri.

Komunikasi ini tidak dapat diakses oleh manusia-manusia yang hidup di dunia ini. Mau doa sepanjang apapun- itu tidak dapat menjangkau jiwa-jiwa yang sudah terpisah dari tubuhnya.

Tidak ada artinya mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Arwah-arwah pahlawan tidak ada artinya didoakan. Sejarah orang yang jiwanya terpisah dengan tubuhnya sudah selesai pada saat kematiannya.

Misteri memang relasi antara jiwa dan tubuh. Jiwa tidak terpisah selamanya dengan tubuh. Bagi kalangan yang menerima kebangkitan pada akhir zaman, jiwa akan kembali disatukan dengan tubuh. Manusia yang telah mati akan dibangkitkan kembali.

Masih ada salah satu hal yang sangat unik melihat relasi dari tubuh dan jiwa, yaitu bagaimana melalui informasi yang diterima oleh mata dan telinga dapat membentuk pola pikir seseorang.

Mind set dibentuk melalui pengalaman, penglihatan atau pengalaman manusia itu sendiri. Ketika ia mendengar atau melihat sesuatu atau merasakan sesuatu- ini semua diolah dalam pikiran.

Terjadi pembentukan pola pikir. Dan selama kita hidup, proses ini terus berlangsung; proses pembentikan pola pikir itu tidak terhenti sampai jiwa dan tubuh terpisah.

Pada pola pikir inilah- kualitas jiwa seseorang dapat dinilai. Bisa diterima bahwa 'man is what he thinks.' Bagaimana kita hidup ditentukan oleh pola pikir yang terbentuk dalam pikiran kita.

Mengherankan bagaimana hal ini bisa terjadi dalam diri manusia. Pengalaman sehari-hari ikut ambil bagian bahkan memberikan sumbangsih terbesar dalam membentuk pola pikir kita.

Jikalau demikian, manakah yang lebih penting dari kedua unsur tersebut? Jiwa kita. Ini tidak berarti bahwa tubuh dapat diabaikan. Dua-duanya- tubuh dan jiwa- butuh pemeliharaan.

Menjaga tubuh penting, tapi jauh lebih penting adalah menjaga jiwa. Kesehatan pikiran dan tubuh harus berada dalam keadaan seimbang.

Penekanan terhadap salah satu aspek akan membuat ketimpangan. Melulu hanya memikirkan soal kebutuhan jiwa- ibarat manusia yang bertulang tapi tidak berdaging.

Melulu hanya memikirkan tubuh- ibarat manusia yang berdaging tanpa tulang yang kuat. (JM)



Link Terkait:

Mengenal Diri: Langkah Awal Pengembangan Diri

Manusia Terdiri dari Tubuh dan Jiwa

Nilai Diri Anda Kekal

Harga Diri Harus Diperjuangkan

Tips Mengangkat Harga Diri


Memperbaiki Citra Diri: Langkah-Langkah Praktis

Asal-Usul Orang Indonesia

Dicari Pribadi yang Berintegritas di Republik Ini

Liang Kubur: Tempat Terakhir Perjalanan Sejarah Hidup Kita



Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com






































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)

Enter Your E-mail Address
Enter Your First Name (optional)
Then

Don't worry — your e-mail address is totally secure.
I promise to use it only to send you Putra-Putri-Indonesia.com.

KONTAK
0813-1141-8800


Memimpin Orang Lain Mengurus Diri Sendiri

Tips Mencegah Stress