Berhenti Sejenak Merenung Tujuan Hidup
Dalam Buku Nyanyian (Buku Ende) orang Batak, ada satu lagu berjudul So Ma Jolo jala Pingkir, yang artinya adalah berhentilah sejenak dan merenung, engkau mau ke mana? Lirik lagu itu begini,
So ma jolo jala pingkir, lao tu dia langkami?
Otik nai ma ho tarlombang, dibaen hatangkangonmi
Mulak ma tu Tuhan Jesus, Sipalua tondimi
Ndang ditulak ho, na dangol, boan nasa dosami
Bila diterjemahkan, artinya kira-kira seperti berikut,
Berhentilah sejenak dan merenung, engkau mau ke mana
Sedikit lagi engkau akan masuk jurang karena kedegilan hatimu
Kembalilah kepada Tuhan Yesus, Juruselamat jiwamu
Ia tidak akan menolakmu yang menderita, bawalah semua dosa-dosamu.
Bila lagu itu dinyanyikan dengan tempo yang benar dan penuh penghayatan, yang bernyanyi akan diingatkan akan tujuan hidup yang sesungguhnya.
Bila Anda memahami maknanya dalam bahasa Batak, Anda mungkin bisa menangis saat menyanyikan lahu itu. Lagu itu dapat menyadarkan dan merangsang Anda untuk menata ulang tujuan hidup Anda. Berhenti Sejenak Merenung Tujuan Hidup
Merenung merupakan hal yang sangat langka di zaman now. Handphone (hp) atau gadget yang selalu ada di tangan atau yang selalu dibawa ke mana saja pergi, menghalangi kita untuk merenung. Waktu habis begitu saja penuh dengan aktifitas yang tanpa kita sadari bisa hanya untuk memuaskan keinginan.
Tentu ada mahluk-mahluk lain yang dapat mengganggu jiwa. Ia menanamkan ide ke dalam pikiran agar kita tidak perlu mengambil waktu untuk merenung. Mahluk-mahluk pendusta memang tugasnya demikian.
Ia bisa membuat kita sibuk tak menentu dan berusaha meyakinkan kita bahwa apa yang kita lakukan masih sesuai dengan keinginan Sang Ilahi.
Hari-hari kita lewat begitu saja tanpa sedikitpun merasa bersalah bahwa waktu yang sangat berharga terbuang percuma.
Di zaman kuno, orang merenung untuk menemukan arti hidup. Plato misalnya, menekankan pentingnya meditasi. Bagi dia, lewat meditasi ia dapat bertemu dengan kebenaran.
Dengan meditasi, ia dapat merasakan setetes kebahagiaan yang akan diperoleh sepenuhnya setelah mati. Plato tidak tertarik dengan aktifitas duniawi yang dianggap hanya merusak jiwa. Begitu filsafat Plato.
Ada benarnya sebagian pandangan Plato. Bagaimana mungkin mengetahui tujuan hidup kalau tidak ada waktu untuk memikirkannya? Bukankah lewat meditasi ini dapat dipahami?
Merenung adalah kondisi di mana seseorang sendirian. Tidak banyak diganggu oleh teman, pesan wa, bunyi hp atau suara-suara bising yang mengganggu konsentrasi pikiran. Hanya ada keheningan.
Banyak orang merenung dengan mengisi pikiran dengan arus pemikiran yang miring. Ada yang mengijinkan mahluk-mahluk lain mengisi pikiran sehingga ia kesurupan atau melihat sosok lain yang hanya eksis dalam ilusi.
Meditasi ala Plato tidak cukup. Merenung dalam arti yang sesungguhnya adalah 'bertemu' dengan Sang Ilahi. Lewat apa lagi bertemu dengan Sang Ilahi kecuali mendengarkan apa yang Ia katakan.
Ia sudah menulis titah-Nya. Bahkan saat teknologi berkembang maju, Tuhan tetap hadir dan Firman-Nya ada dalam gadget yang setiap hari dibawa ke mana kita pergi. Berbeda dengan zaman dulu, yang hanya dibawa sekali seminggu ke tempat ibadah. Berhenti Sejenak Merenung Tujuan Hidup
Mungkin masih bingung apa yang harus direnungkan. Berikut bisa membantu. Pertama, Anda adalah ciptaan Tuhan. Anda sangat berharga. Ia memberikan nafas kehidupan kepada Anda sehingga Anda dapat bergerak dan beraktifitas.
Ia meminta Anda mengakui Dia sebagai Tuhan dan mengikuti titah-Nya sepanjang hidup Anda. Oleh sebab itu, tidak ada tujuan hidup yang tertinggi selain memuliakan Dia dalam segala kehidupan Anda seperti yang pernah dilakukan Kaum Puritan di Inggris pada abad ke-16 dan ke-17.
Frase memuliakan Tuhan mungkin masih kabur. Beragam cara ini bisa diekspresikan lewat hidup dan pekerjaan. Anda diberikan satu atau beberapa talenta. Ini perlu dikembangkan sampai menjadi matang dan berguna bagi orang lain.
Apakah Anda sebagai guru, pendidik, petani, nelayan, pebisnis, abdi negara, hakim, pengacara, polisi, tentara, atau apa saja- kembangkan dan asahlah talenta Anda. Dengan demikian, Anda dapat berkreasi dengan talenta yang Anda miliki dalam pekerjaan Anda.
Kedua, pelihara etika universal. Secara singkat, ini meliputi menghormati siapa saja yang lebih tua dari Anda. Barangkali bentuknya mengambil sikap seperti orang yang Jepang yang selalu membungkukkan badan tanda rasa hormat kepada yang lebih tua saat ketemu dan mau pisah; tidak mengganggu isteri orang lain atau memberikan diri diganggu orang lain.
Bila Anda sebagai isteri, Anda tidak membiarkan diri Anda digoda laki-laki lain apalagi suami orang lain; tidak mengambil milik orang lain termasuk memeras orang lain apakah itu lewat jabatan atau posisi Anda di pekerjaan; tidak memberikan informasi palsu kepada orang lain dan tidak mengambil barang orang lain atau mengambil pembantunya.
Tentu, banyak turunan etika yang bisa dibuat dari prinsip-prinsip di atas, tetapi untuk tujuan tulisan ini, hanya beberapa saja disajikan.
Jangan pernah berpikir bahwa Anda akan sempurna. Anda tetap orang berdosa, orang yang melakukan kesalahan. Tidak usah minder kalau melakukan kesalahan ini dan itu, tetapi tetaplah berusaha sekuat tenaga memperbaiki diri sebab usaha-usaha yang terus menerus memperbaiki diri menjadikan Anda orang yang sempurna. Confucius menyebut demikian.
Bila Anda termasuk orang suci, apa yang Anda lakukan di dunia ini sekalipun itu masih terkontaminasi dengan kekurangan, itu akan diperhitungkan oleh Sang Ilahi. Segala perbuatan Anda akan disempurnakan kelak di' dunia sana.'
Untuk mengingatkan kembali tentang tujuan hidup Anda, syair lagu berjudul Kidung Agung, yang digubah oleh Stephen Tong, dapat Anda renungkan.
Lebih asyik kalau Anda mendengar versi youtube (https://youtu.be/3Z9Jom4UgD4), yang dinyanyikan dengan tempo dan penghayatan yang tepat oleh Koor Ibu-Ibu dari HKBP Kebayoran Lama. Begini liriknya,
Kidung Agung
Oh Tuhan tarikku cepat mengikut-Mu,
hatiku dengan-Mu berpadu.
Biar angin bertiup dan badai mengamuk
'ku makin pancarkan harum-Mu
Tuhan, Kau terindah, yang puaskan hatiku,
Kau milikku dan 'ku milik-Mu.
Biar ombak menderu, gelombang menderu
'kan kuiring Dikau selalu
Begitu indah syair lagu itu sampai lagu ini diterjemahkan dan dimasukkan ke dalam Buku Nyanyian (Buku Ende) orang Batak, No. 700: Togu Au O Tuhan.
Sayang terjemahan bahasa Bataknya kurang tepat dan pemilihan katanya kurang pas.
Versi bahasa Batak, Togu Au O Tuhan
Togu au O Tuhan, Ho ma huihuthon
Rohangkon nuaeng lohot tu Ho
Ro pe habahaba, tahop parungkilon
Au tongtong marhaposan tu Ho
Ho do nampuna au, Ho ma tongtong di au
Ho nampuna Huria i
Nang pe ro galumbang manondong solungki
Ho Tuhan tongtong ihutanki (JM)
Link Terkait:
Langkah-Langkah Mengenal Diri untuk Pengembangan Pribadi
Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com