'Financial Freedom' yang Cenderung Jadi 'Penjara'



Apakah Anda pernah mendengar istilah Financial Freedom (Kebebasan Finansial)? Saya sering mendengarnya karena saya anggota salah satu bisnis MLM yang relatif besar di dunia.

Kebebasan Finansial adalah konsep yang umum di bisnis MLM. Puluhan bahkan ratusan juta manusia yang bekerja baik paruh waktu atau 'full time' di bisnis MLM (Multi Level Marketing) atau asuransi diinspirasi konsep ini.

Dengan merangsang orang punya impian untuk kesenangan diri- berlibur ke luar negeri, punya rumah bagus, dan memberi donasi ke badan sosial atau keagamaan, dan beragam impian menarik lainnya-  konsep ini ditawarkan untuk menarik minat orang agar terjun di bisnis MLM.

Banyak memang yang terinspirasi. Siapa yang tidak tergiur punya penghasilan relatif besar? Dengan penghasilan demikian, banyak yang bisa dilakukan: membantu orang yang kesulitan, memberikan sedekah kepada orang  yang miskin, menyiapkan pendidikan anak, punya kesempatan berlibur ke Eropah, punya gaya hidup yang wah dan mempersiapkan bekal di masa pensiun. 

Namun demikian, apakah orang yang sukses di bisnis MLM akan 'Financially Free?' Ini tidak mudah dideteksi. Yang sering terjadi adalah orang malah dipenjara oleh uang ketika penghasilan makin besar; jiwa merasa tenang karena harta melimpah.

Sudah lama saya tidak percaya bahwa harta yang banyak membuat orang tenang. Harta yang melimpah kadang bahkan sering membuat orang susah, bukan dalam arti kekurangan makanan, tetapi kehausan spritualitas. Jiwanya kosong.Tidak punya tujuan hidup yang jelas dari sudut spritualitas.

Jadi, punya penghasilan besar atau harta melimpah atau dengan istilah lain, Financial Freedom bukan membawa kebahagiaan sekalipun tidak dapat diingkari ada juga orang bahagia ketika hal itu sebagai hasil kerja kerasnya.

Namun, orang yang jenis ini bukan bahagia karena status Financial freedom -nya, tetapi karena mereka menemukan tujuan hidup yang sejati.  

Ada dua orang di bawah kolong langit ini yang barangkali benar-benar bebas dari jeratan uang (financially free). Pertama adalah janda miskin yang saya baca di buku klasik yang saya punya.

Janda ini hidup dua ribu tahun lalu dan punya gaji sehari di sakunya. Dalam satu acara ibadah Sabat bersama dengan orang-orang Yahudi lainnya, si janda miskin ini memberikan seluruh penghasilannya sebagai persembahan kepada Allahnya tanpa menyisakan sepeserpun untuk dirinya.

Janda miskin ini memberi dengan segenap hatinya sedangkan orang kaya yang sama-sama beribadah dengan dia memberikan persembahan dari kelebihan hartanya.

Sosok yang kedua adalah Bill Gates. Ia mempunyai harta kira-kira1000 triliun rupiah, hampir separuh dari anggaran belanja Negara di 2016. Bill Gates tidak banyak memberikan perhatian berapa kekayaannya.

Sebagian besar kekayaannya ia sumbangkan kepada masyarakat melalui badan amal Melissa & Gates Foundation. Ketika ditanya apa yang ia lakukan terhadap hartanya apabila ia meninggal- apakah ia akan mewariskannya kepada anaknya? Jawaban Bill Gates mencengangkan.

Ia mengatakan bahwa anaknya tidak akan mewarisi hartanya; mereka hanya mendapat sedikit untuk mendukung mereka memulai pekerjaan yang ia sukai.

Sosok seperti janda miskin di atas atau Bill Gates termasuk langka. Banyak orang yang secara hitungan matematis terbilang 'financially free" justru tidak 'free'. Banyak orang diikat oleh uang. Uang mengikat jiwa dan tubuhnya.

Beragam bentuk ikatan ini mulai dari yang membuat uang menjadi tujuan hidup, merasa jiwa tenang karena uang banyak, hanya memberi Upah Minimum Regional (UMR) kepada pekerja sekalipun secara financial mampu memberikan lebih, tidak mau memberi bonus yang layak bagi pekerja yang telah berkontribusi memberi keuntungan besar bagi perusahaan dan beragam tindakan yang sifatnya menahan uang untuk dirinya sendiri.

'Financial freedom' bukan soal banyak atau sedikit uang di tangan, tetapi tentang kondisi pikiran. Apakah sedikit atau banyak, uang tidak mengikat atau mengganggu pikiran.

 Dengan kata lain, ia mampu melakukan hal-hal yang baik kepada orang lain dengan uang yang ada di tangannya. Ia sadar bahwa ia dipercaya untuk mengelola uang yang dititipkan Sang Ilahi kepadanya untuk kebaikan sesama, bukan untuk ditumpuk bagi diri sendiri.

Bahkan ketika uang hilang lenyap seketika, ia bisa tetap hidup dengan tenang. Itulah beberapa ciri orang yang benar-benar "financially free." Bagaimana dengan Anda? (JM)



Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com






































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)

Enter Your E-mail Address
Enter Your First Name (optional)
Then

Don't worry — your e-mail address is totally secure.
I promise to use it only to send you Putra-Putri-Indonesia.com.

KONTAK SEMINAR
0813-1141-8800

Start your Own Business

Habits of the Mind