Pengambilan Keputusan dalam Kehidupan Pribadi



Pengambilan Keputusan dalam Kehidupan Pribadi

Hanya dalam hitungan jam, klien saya akhirnya mundur dari perjanjian yang mau disepakati. Funder sudah sepakat untuk menerima permintaan Project Owner, tetapi dua jam sebelum penandatanganan perjanjian, Project Owner berubah pikiran. Transaksi akhirnya tidak terjadi.

Jauh-jauh berangkat dari Cirebon dengan tim berjumlah lima orang. Biaya tiket pesawat, bayar kamar hotel, mobil dan makan sudah keluar. Habis puluhan juta terbuang percuma. "Kenapa tidak memikirkan konsekuensinya sebelum berangkat ke Medan?," pikirku.

Hal di atas terjadi dalam bisnis yang baru-baru ini saya menjadi saksi mata. Saya hanya bisa merenung betapa pikiran dapat membuat pilihan-pilihan yang sangat berbeda di saat-saat terakhir. Apapun bisa terjadi di saat-saat mau membuat kesepakatan dan keputusan itu tak terduga sebelumnya.

Pengambilan Keputusan dalam Kehidupan Pribadi

Membuat keputusan pada hal-hal yang kecil seperti mau makan apa, mau berlibur ke mana, atau mau menonton apa relatif mudah. Dan banyak keputusan yang diambil dalam kehidupan sehari-hari termasuk kategori ini.

Proses berpikir tetap dibutuhkan, tetapi energi yang dibutuhkan tidak begitu banyak. Tidak dibutuhkan waktu berjam-jam untuk memilih baju yang mau dipakai ke pesta atau memilih menu makanan. Ini bisa dilakukan relatif cepat tanpa banyak membuat analisa.

Bagaimana dengan keputusan-keputusan yang penting- memilih jurusan di perguruan tinggi, membuat kesepakatan dalam bisnis, memilih pasangan hidup terlebih-lebih memilih keyakinan?

Ini tidak dapat diputuskan dalam waktu satu atau dua hari. Ini membutuhkan waktu berhari-hari bahkan mungkin sampai satu atau dua bulan atau tahunan.

Pengambilan Keputusan dalam Kehidupan Pribadi

Ada alasan mengapa waktu yang relatif lama dibutuhkan untuk membuat keputusan-keputusan yang penting. Pertama adalah waktu. Untuk kuliah misalnya, dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk kuliah.

Dibutuhkan waktu paling tidak 4 tahun sebelum wisuda. Kedua, pemilihan jurusan akan berdampak pada pekerjaan di masa mendatang. Diharapkan pekerjaan masih sesuai dengan jurusan kuliah yang dipilih.

Banyak fakta bahwa pilihan pekerjaan sering tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Ada yang kuliah di kedokteran, tetapi akhirnya menjadi sales mobil. Ada yang mengambil jurusan hukum, akhirnya berbisnis jual tahu.

"Ada yang mengatakan bahwa salah satu keputusan yang paling penting dalam hidup adalah memilih pasangan hidup. Bila Anda belum menikah, berikanlah waktu yang cukup banyak untuk menentukan pasangan
hidup Anda."

Bagaimana dengan memilih pasangan hidup? Ini membutuhkan waktu dan pemikiran yang lebih banyak lagi dibandingkan dengan memilih jurusan kuliah atau pekerjaan. Bila salah memilih jurusan kuliah, jurusan masih bisa diganti.

Namun, bila salah memilih pasangan hidup, penderitaan bakal menghadang di depan. Bagi sebagian orang, ini merupakan penderitaan yang akan menyita waktu puluhan tahun.

Tidak seorangpun yang mau membuat kesalahan dalam memilih pasangan hidup. Namun, begitu banyak orang yang cerai atau pisah ranjang karena salah memilih pasangan hidup.

Bagi mereka yang tidak memilih cerai, tetapi memilih pisah- inipun tetap merupakan penderitaan yang sebenarnya bisa dihindari kalau seandainya ada pemikiran yang banyak dituangkan sebelum memutuskan pasangan hidup.

Charles Swindoll mengatakan bahwa salah satu keputusan yang paling penting adalah memilih pasangan hidup. Bila belum menikah, waktu yang cukup banyak perlu disisihkan untuk menentukan pasangan hidup.

Banyak keputusan-keputusan besar yang akan diambil dalam perjalanan hidup. Ini termasuk memilih tempat tinggal, apakah akan memulai bisnis, apakah akan mengembangkan bisnis baru, dan sebagainya.

Semua ini membutuhan banyak pemikiran dan tidak selamanya mudah untuk
diputuskan. Dibutuhkan waktu dan kadang ada keputusan yang harus diambil dengan hati yang berat.

church-france

Apa Metode Pengambilan Keputusan dalam Kehidupan Pribadi?

Bagaimana membuat keputusan dalam kehidupan pribadi? Apa pegangan untuk membuat keputusan demikian? Bagaimana mengenal 'blue print of life'? Mungkinkah mengetahui rencana hidup lebih awal?

Tentu, ada beberapa metode untuk membuat keputusan. Dale Carnegie misalnya menawarkan dengan menjawab 4 (empat) pertanyaan- apa masalahnya, apa penyebabnya, apa solusi-solusi yang mungkin, dan apa solusi yang terbaik.

Enam Topi Berpikir

Edward de Bono memberi metode yang tidak kalah menarik. Ia menawarkan metode pengambilan keputsan dengan menggunakan 6 proses berpikir- topi putih, topi hijau, topi kuning, topi hitam, topi merah dan topi biru. Setiap warna ada maknanya.

Topi putih misalnya mengumpulkan sebanyak mungkin informasi terkait hal yang mau diputuskan; topi hijau memberikan pilihan-pilihan yang bisa menjadi jawaban terhadap masalah atau menjadi keputusan, topi kuning mempertimbangkan hal-hal yang positif dari setiap solusi, topi hitam mempertimbangkan hal-hal yang perlu diwaspadai, topi merah merupakan ekspressi perasaan atas  pilihan keputusan dan topi biru membuat keputusan bila proses berpikir dengan warna-warna di atas sudah diambil.

Tentu, masih ada aspek-aspek moral dan spiritual yang bisa dilibatkan bila yang mengambil keputusan adalah orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai keyakinan. Setiap keputusan yang diambil selalu ada konsekuensinya baik di masa kini maupun di masa mendatang.

Semua keputusan yang diambil di dunia ini- apakah itu dalam masalah biasa, sedang atau besar- ini akan dipertanggungjawabkan di masa mendatang. Tidak ada yang bisa lepas dari tindakan yang dibuat.

Ada konsekuensi yang harus diterima dan ada juga pahala-pahala yang akan diterima bila setiap keputusan masih mengikuti Jalan Tengah atau prinsip-prinsip yang telah ditentukan Sang Ilahi.

Pengambilan keputusan membutuhkan pertanggungjawaban. Apapun keputusannya harus dipertanggungjawabkan bukan hanya kepada manusia, tetapi terlebih-lebih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tidak satupun aktifitas yang tersembunyi dihadapan-Nya. Apakah itu mengoceh dalam hati atau secara terbuka- ini akan diminta pertanggungjawaban.

Membuat keputusan- apakah itu dalam ucapan, tindakan termasuk menunjukkan bahasa tubuh seperti mata melotot atau memandang rendah orang lain- ini semua punya konsekuensi. Dalam hal ini, nasihat Confucius ada benarnya, "Orang mulia hati-hati saat sendirian."(JM)


Bagaimana Mencegah Stress Berlebihan?

Kritik terhadap Teori Motivasi Maslow

Dari Seminar Pengambilan Keputusan ke Jadwal Training



Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com