Sulit Berkomunikasi, Masalah Utama dalam Keluarga



Konseling Keluarga: Sulit Berkomunikasi

Salah satu masalah utama dalam keluarga adalah komunikasi. Suami-istri sulit atau jarang berbicara terhadap sesamanya.

Beragam bentuknya-mulai dari pasangan tidak bisa diajak bicara, tidak mau dengar, tidak menyadari kesalahan, tidak mau minta maaf atas kesalahan yang dibuat, dan lainnya.

Bila suami bicara, istri tidak mau dengar; bila istri bicara, suami tidak mau dengar. Masalah yang satu belum kelar, masalah lain sudah datang.  Masalah demi masalah bermunculan dan akhirnya masalah menumpuk.

Masalah tidak dipecahkan sampai tuntas; tidak ada kemauan untuk  mencari solusi. Hari demi hari, suami-istri, sekalipun hidup serumah, tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

Sekilas, masalah ini mudah dipecahkan. Apalah susahnya bicara. Tidak sulit membuka mulut dan mengucapkan beberapa kalimat. Lagi pula, berkomunikasi bukanlah skill yang harus dipelajari seperti pelajaran Fisika, Kimia, Engineering, Hukum atau pengetahuan lainnya.

Berkomunikasi merupakan hal yang natural. Setiap anak yang diasuh orang tua mampu berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan berkomunikasi adalah sesuatu yang 'default' kemampuan ini sudah bawaan lahir. Namun, mengapa pasangan suami isteri sulit berkomunikasi?


Di halaman ini akan dijelaskan sebagian mengapa sulit berkomunkasi. Ini berkaitan dengan arus pikiran yang telah terbentuk.

Ketika suami-istri belum menikah, hal-hal yang baik dan indah mengenai pasangan tersimpan dalam pikiran masing-masing. Watak atau kebiasaan yang buruk belum kelihatan karena ini ditekan.

Berkomunikasi merupakan hal yang natural. Setiap anak yang diasuh orang tua atau orang lain mampu berkomunikasi dengan yang lain dalam bahasa di lingkungannya.

Ketika bertemu dengan pacar, kesadaran relatif tinggi. Frekuensi pertemuan semasa pacaran, yang mungkin hanya dua atau tiga jam per minggu, memberi kemungkinan super ego, dalam istilah Freud, aktif dan berfungsi dengan baik.

Sikap, tutur kata atau tindakan dijaga sedemikian rupa di depan pacar. Semuanya indah ketika pacaran. Anda mau memberikan segelas air kepada pacar Anda; Anda dan pasangan Anda mau minum jus dari gelas yang sama tanpa ada rasa risih. Perasaan larut dalam apa yang disebut dengan cinta.

Faktor lain yang membuat watak asli belum muncul karena ketika masih pacaran, masing-masing berusaha sebaik mungkin untuk menarik hati pasangannya agar kelak mau menjadi pasangan hidupnya.

Ketika belum berkeluarga, tidak sulit berkomunikasi dengan pasangan.

Sebelum menikah, sedapat mungkin masing-masing bersikap prima di depan pacarnya. Super ego aktif menahan sifat-sifat yang buruk.

Namun, benteng pertahanan itu rapuh setelah berkeluarga. Tembok super ego mulai retak. Sikap untuk tampil baik dan prima di depan pasangan berangsur-angsur sirna. Natur pikiran yang asli muncul. Kecenderungan untuk melihat hal-hal yang negatif dari pasangan makin aktif.

Apa yang disembunyikan semasa pacaran, satu demi satu bermunculan ke permukaan. Pikiran dibiarkan menghasilkan informasi-informasi buruk. Arus pikiran yang buruk pun semakin kuat.

Ketika arus-pikiran yang buruk semakin kuat dan tidak ada kemauan, kekuatan dan usaha untuk menguranginya, arus pikiran ini menjadi fondasi yang semakin kokoh bagi tindakan-tindakan buruk.

Ketika ada masalah, masing-masing saling menyalahkan; masing-masing membela diri. Di antasa suami-istri, tidak ada yang merasa bersalah ketika ada masalah. Masing-masing merasa benar menurut pikirannya sendiri.

Bila suami-istri sulit berkomunikasi, persoalan-persoalan yang dihadapi sudah pasti sulit dipecahkan.

Tidak ada yang mau minta maaf. Kata-kata yang tidak pantas pun bisa keluar dari mulut. karena merasa tidak bersalah masing-masing tidak mau merendahkan hati. Tidak mau memaafkan pasangan. Akibatnya, komunikasi menjadi sulit.

Ketika komunikasi sudah sulit, persoalan yang dihadapi sudah pasti sulit dipecahkan. Suami-istri pun memilih diam. Hidup hari demi hari diisi tanpa komunikasi. Sekalipn tinggal serumah, komunikasi sesama pasangan jarang.

Kalaupun ada, hanya komunikasi yang singkat tentang topik-topik yang biasa. Pembicaraan yang hangat dan intim sirna Harapan rapuh dan semangat hidup menipis.

Relasi suami-istri makin parah dengan makin tipisnya relasi dengan Sang Ilahi. Meditasi tidak ada; komunikasi dengan Tuhan hampir terputus. Inikah yang Anda harapkan dari keluarga Anda?

Coba Anda renungkan untuk ada Anda berkeluarga. Selamatkan keluarga Anda dan mulailah dari diri Anda hari ini. Periksalah apakah relasi dengan Sang Ilahi sudah putus.



Waspadalah terhadap Birahi Istri



Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com






































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)

Enter Your E-mail Address
Enter Your First Name (optional)
Then

Don't worry — your e-mail address is totally secure.
I promise to use it only to send you Putra-Putri-Indonesia.com.

KONTAK

0813-1141-8800

Ini Tips Mencegah Stress

Kembangkan Bisnis Anda dengan Cara ini.

Butuh Pendanaan Proyek?