Langkah-Langkah Mengenal Diri untuk Pengembangan Pribadi



Langkah-Langkah Mengenal diri

Siapakah saya? Pertanyaan ini jarang terlintas dalam benak kita. Ini juga jarang mengusik di waktu-waktu senjang. Rutinitas pekerjaan, beragam tanggungjawab dari keluarga, hubungan sosial dengan teman, sanak saudara, dan tetangga menyita banyak waktu. Alat komunikasi (hp) yang selalu ada di tangan- ini membuat hampir tidak ada waktu untuk merenungkan siapa diri kita.

Jawaban pertanyaan- siapakah saya- ini dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Siapa ayah dan ibu kandung Anda? Tahun berapa Anda lahir? Di mana Anda lahir? Apa minat Anda? Ciri-ciri secara lahiriah dapat ditambah- mulai dari tinggi badan, warna kulit, raut muka, dan beragam ciri lainnya.

Jawaban dapat diperpanjang dengan menjawab pertanyaan yang makin serius. Siapa yang paling banyak mempengaruhi Anda? Siapa yang paling banyak berperan membentuk Anda seperti sekarang ini? Buku-buku apa yang telah merubah hidup Anda? Apa keyakinan-keyakinan yang Anda hidupi? Langkah-Langkah Mengenal Diri

Empat Pertanyaan Penting

Masih ada beberapa pertanyaan yang lebih penting. Pertanyaan Immanuel Kant bisa diadopsi. Ia pernah mengajukan 4 pertanyaan: "Siapakah saya? Apa yang seharusnya saya tahu? Apa yang seharusnya saya kerjakan? Apa pengharapanku?"

Keempat pertanyaan Kant kelihatan sederhana. Namun, jawabannya tidak mudah. Anda mungkin pernah mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, tetapi jawabannya tidak Anda tanggapi dengan serius.

Anda mungkin kembali kepada habitat Anda, yaitu rutinitas pekerjaan yang barangkali juga tidak pernah Anda tanya- apakah pekerjaan itu adalah pekerjaan yang seharusnya Anda lakukan.

Plato, filosof dari Yunani kuno, sangat kasar menyikapi orang yang hidupnya tidak pernah dievaluasi. Gurunya, Socrates, mengatakan, hidup yang tidak pernah dievaluasi tidak layak dihidupi.

Binatang seperti sapi misalnya, bangun setiap hari, dan mencari makan. Setelah kenyang, ia pulang, dan kemudian tidur. Besoknya sapi mengulangi rutinitasnya dan itu dilakukan sampai akhirnya ia mati atau dipotong.

"Banyak manusia hidup seperti binatang," kata Plato. Setiap hari bangun, makan, kerja, dan malamnya istirahat. Besoknya, ia mengulangi lagi siklus hidup yang rutin itu. Dan sampai ajal menjemput, tidak ada kesadaran. Saat mau menghembuskan nafas yang terakhir, hati nurani terbangun bahwa ia harus bertemu dengan Sang Penciptanya.

Namun, waktu sudah habis. Waktu tidak dapat diulang. Setiap orang harus menghadapi dimensi kekekalan- hidup di alam kebahagiaan atau mati di dunia yang gelap.

Langkah-Langkah Mengenal Diri

Anda Dibuat dari Debu

Kesannya sangat tidak berharga kalau disebutkan bahwa Anda dan saya berasal dari debu. Ya. Kita dibuat dari debu; sesuatu yang tidak berharga. Hampir setiap hari kita membuang debu dari rumah.

Saat Anda membersihkan rumah, kursi atau sofa, debu dibuang. Tidak ada harganya kecuali dibuang ke luar. Begitulah nilai bahan dasar dari eksistensi diri Anda dan saya.

Namun, eksistensi diri tidak berhenti sebatas debu. Dari debu, manusia dicipta dan diberikan nafas hidup. Yang tadinya debu, menjadi mahluk yang berharga karena Sang Ilahi memberikan nafas yang hidup. Jadilah, Anda dan saya menjadi mahluk yang hidup, yang memiliki hati dan pikiran, yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya seperti binatang.

Anda Berawal dan Tidak Berakhir

Eksistensi diri Anda dan saya tidak berhenti hanya sekedar manusia yang hidup. Di dalam diri kita diberikan kekekalan. Ide-ide mengenai keabadian, kebahagiaan atau hal-hal yag mulia yang dapat dipikirkan manusia- ini semua ditanamkan.

Maksudnya, bahwa Anda dan saya tidak hidup hanya dalam waktu yang sementara ini saja. Anda akan eksis selama-lamanya- terlepas apakah Anda akan hidup di alam keabadian yang penuh kebahagiaan atau di alam kengerian yang tak terkatakan. Eksistensi Anda berawal dan tidak akan berakhir- itulah destini setiap orang.

Selain itu, selama hidup di dunia ini, Anda masih dibekali dengan bakat dan talenta yang diharapkan akan memuliakan Sang Ilahi. Lewat keahlian, kecakapan, kelebihan atau bijaksana dalam pekerjaan, Anda berguna bagi orang lain.

Apakah itu bakat dalam berbicara, menulis, berbisnis, berdagang, konstruksi atau bidang lain- keunikan-keunikan atau keahlian Anda menjadi berarti bagi orang lain. Sang Ilahilah yang memberikan bakat dan talenta yang ada dalam diri Anda. Langkah-Langkah Mengenal Diri


attractive-woman

Sangat penting mengenal diri. Warren Buffett, orang yang sangat kaya itu, juga mengatakan bahwa kita masing-masing perlu mengenal 'area of competence' kita. Kita harus mengetahui sampai di mana batas kemampuan kita.

Kita punya limit. Ada keterbatasan dalam diri kita apalagi kita bukan lagi seperti manusia yang 'original' seperti yang dicipta Sang Ilahi pada awalnya. Kita sudah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari diri kita- kebenaran, keadilan, kekudusan, dan pengetahuan tentang Sang Ilahi- ini semua tidak ada lagi dalam diri kita.

Tidak mengherankan kalau kita tidak tahu lagi siapa diri kita yang sejati sampai ada yang memberi tahu kita mengenai kondisi kita yang sesungguhnya.

Banyak yang tidak diketahui tentang diri. Apa yang disajikan dalam tulisan ini hanyalah sebagian dari apa yang perlu diketahui dan ini dapat menjadi awal untuk mengenal diri Anda lebih jauh dan terus melangkah untuk mengenal lebih dalam siapa Anda yang sesungguhnya.

Apakah Anda akan menemukan diri Anda yang sejati- tentu waktu akan mengungkap. Saya tidak dapat memberikan rahasianya kepada Anda.

Saran saya ada satu. Banyaklah membaca buku dan bacalah terutama Kitab Suci. Lewat bacaan itu, mungkin Anda akan menemukan siapa diri Anda yang  sesungguhnya. 

Refleksi

  1. Sisihkanlah waktu Anda satu atau dua jam untuk menyendiri. Coba renungkan siapa Anda?
  2. Coba jawab pertanyaan-pertanyaan Immanuel Kant? (JM)




Link Terkait

Manusia Terdiri dari Tubuh dan Jiwa

Asal-Usul Orang Indonesia

Liang Kubur: Tempat Terakhir Perjalanan Sejarah Hidup Kita


Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com