Beragama tetapi Belum Mengenal Tuhan



Beragama tetapi Belum Mengenal Tuhan

Bulan Januari lalu, saya dan tiga orang lain bertemu di sebuah resto yang relatif besar di Bogor. Dua orang belum saya kenal dan keduanya adalah pasangan suami isteri. Sang suami orang Batak dan beragama Katolik; sang isteri orang Jawa yang berlatar belakang agama Islam.

Setelah melewati pergulatan seru di tengah keluarga mengenai keyakinan, keduanya menikah. Sang isteri berganti agama menjadi pengikut agama Katolik. Sekarang pasangan suami-isteri itu sering beribadah ke gereja karena harus membawa anak-anaknya ke gereja.

Saya bertanya kepada sang isteri kapan mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dalam agama Kristen, ada istilah seperti ini. Ada saat di mana seseorang merasakan pengalaman 'berjumpa' dengan Tuhan. Ada 'turning point' dari hidup yang lama, yaitu hidup dalam pimpinan penguasa-penguasa di udara.

Dengan polos sang isteri mengatakan bahwa ia belum memiliki pengalaman unik 'bertemu' dengan Tuhan. Ia belum merasakan denyut iman Kristen dalam kehidupannya. Ketika saya tanya apakah ia sering membaca Alkitab, sang isteri mengatakan 'tidak.'

Dalam kehidupan rohani, pasangan suami-isteri itu berdoa, tetapi sang isteri yang sering berdoa atas permintaan sang suami. Kadang sang isteri lupa menyebut nama Yesus di akhir doanya membuat sang suami mengingatkan isterinya agar menyebut nama Yesus di akhir doa; sebuah prinsip penting dalam berdoa bagi pemeluk agama Kristen sebab dengan menyebut nama Yesus, doa-doa bisa sampai ke surga, di mana Tuhan bertahta. Begitu keyakinan pengikut agama Kristen.

danau-lagoon-park

Beragama tetapi Belum Mengenal Tuhan

Beragama tidak selalu berarti sudah mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh. Sekalipun seseorang percaya bahwa Tuhan mencipta langit dan bumi- ini tidak selalu berarti bahwa ia sudah mengalami kehidupan rohani yang sejati.

Bisa saja seseorang rajin beribadah, aktif dalam kegiatan rohani, bisa menikmati diskusi tentang spiritualitas bahkan memberikan ceramah-ceramah rohani atau dakwah yang beraroma spiritual, tetapi ini semua bukan pertanda bahwa ia sudah mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Ini tidak berarti bahwa orang yang sudah mengenal Tuhan tidak memiliki tanda-tanda lahiriah ini. Orang yang sudah mengenal Tuhan bisa memiliki tanda-tanda lahiriah seperti ini- membaca Kitab Suci, berdoa, rajin beribadah, bersikap baik kepada sesama, tidak mau korupsi, menghindari perbuatan-perbuatan tercela dan paling tidak, muncul kesadaran kalau berbuat dosa atau sadar saat tergoda untuk berbuat dosa.

Beragama tetapi Belum Mengenal Tuhan

Aktifitas dalam Keagamaan Tidak Menjadi Jaminan Mengenal Tuhan

Mengenal Tuhan menyimpan misteri. Ini tidak terjadi dengan tips tertentu. Tidak ada juga cara-cara unik agar bisa mengenal-Nya. Bahkan pindah agama sekalipun tidak menjadi jaminan akan mengenal Tuhan.

Seseorang bisa berganti agama karena alasan ekonomi. Mantan CEO saya misalnya, mau belajar agama Kristen, ikut katekisasi, dan memberi dirinya dibaptis karena ia mau mendapatkan makanan setiap hari dari salah satu gereja di kota Bandung. Setelah lulus dari perguruan tinggi, ia kembali mengikuti agama yang sebelumnya.

Bisa saja seseorang berpindah agama agar dapat menikah dengan orang lain yang berbeda keyakinan. Seseorang bisa saja berganti agama untuk mendapatkan jabatan strategis.

Penampilan lahiriah seperti beragama, rajin beribadah, membaca Kitab Suci, berganti agama dan tekun mengikuti ritual agama sekalipun- ini semua tidak menjadi jaminan bahwa ia mengenal Tuhan.

Beragama tetapi Belum Mengenal Tuhan

church-france

Mengenal Tuhan Menyimpan Misteri

Bukan tugas manusia membuat seseorang mengalami 'perjumpaan' dengan Tuhan. Bukan semata-mata usaha manusia juga untuk mendapatkan pengalaman rohani yang sejati.

Pengalaman ini juga bukan sesuatu yang dapat ditransfer dari seseorang ke orang lain. Tidak ada tips yang bisa membuat seseorang 'berjumpa' dengan Tuhan.

Ada misteri dalam mengenal Tuhan. Tidak ada tanda-tanda-lahiriah yang bisa digunakan sebagai patokan bahwa seseorang sudah mengenal-Nya.

Bahkan seseorang yang berada di lingkaran komunitas 'orang suci' sekalipun pun tidak menjadi jaminan bahwa ia sudah mengenal Allah.

Mengenal Tuhan tidak tergantung pada usaha manusia semata. Sekalipun secara lahiriah seseorang berusaha mencari Tuhan, usahanya tidak selalu berujung bertemu dengan Dia.

Kalaupun ia akhirnya menemukan-Nya, itu bukan karena usahanya sendiri. Kemauan untuk mengenal Tuhan semata-mata adalah karena kehendak Ilahi.

Sekalipun mengenal Tuhan menyimpan misteri, tetap ada pra-syaratnya. Membaca Kitab Suci adalah salah satunya. Mendengar perintah-perintah Tuhan dan berdiskusi tentang spiritualitas juga termasuk.

Ketika seseorang membaca Kitab Suci atau mendengar Firman-Nya, pencerahan bisa terjadi. Namun, ini tergantung semata-mata pada Sang Ilahi. Waktunya diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Kalau hidayah sudah datang, Tuhan itu sendiri yang membuka hati dan pikiran. Pikiran dan hati diubah-Nya. Terjadi perncerahan. Mulai ada pemahaman siapa itu Tuhan. Kesadaran akan dosa muncul.

Mulai peka akan dosa bahkan akan dosa kecil sekalipun. Ia menjadi 'orang suci' sekalipun secara lahiriah masih melakukan kesalahan-kesalahan.

Beragama tetapi Belum Mengenal Tuhan

Mengenal Tuhan lewat Jalan yang Sempit

Siapa saja yang mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh, ia menemukan jalan, kebenaran dan hidup. Ia bisa bahagia sekalipun diterpa kesulitan dan penderitaan. Hatinya damai di tengah-tengah dunia yang tidak memberikan kepastian.

Ketika memperoleh kekayaan materi ia tetap bisa memahami bahwa ada kekayaan yang jauh lebih berharga, yaitu ketenangan jiwa karena ia tahu ia akan hidup selama-lamanya.

Mengenal Tuhan adalah anugerah. Namun, jalan ke sana sempit dan melawan arus. Tidak mengherankan kalau sedikit orang yang menemukannya. (JM)

--0--

Bila Anda mendapatkan berkat dari tulisan ini, silahkan membagikannya kepada kenalan Anda.


Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com