Mata Kuliah Filsafat bagi Mahasiswa, Menyongsong Indonesia Emas



Mata Kuliah Filsafat

Beberapa hari yang lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dalam rangka menyongsong Indonesia emas pada tahun 2045.

Pada HUT NKRI ke-100 nanti, diharapkan Indonesia menjadi salah satu dari lima negara yang ekonominya paling besar di dunia. Apa yang sudah dicapai saat ini dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin di masa mendatang: hilirisasi industri, pembangunan IKN Nusantra, dan peningkatan sumber daya manusia.

GDP diprediksi di kisaran $23.000-$30.000 per kapita, 4,5-6 kali lipat dari yang dicapai pada tahun 2023, yaitu $5030 per kapita. Muncul pertanyaan, langkah-langkah apa yang harus diambil untuk mencapai impian Indonesia emas di 2045?

Kunci Menuju Indonesia Emas

Salah satu kunci untuk mencapai impian itu adalah meningkatkan kemampuan dan metode berpikir. Di sepanjang sejarah, kemampuan dan metode berpikir yang baik adalah kunci kemajuan sebuah bangsa dan negara.

Bangsa-bangsa di Eropah Barat adalah contoh yang paling mudah ditelusuri. Di sana pernah terjadi pembaharuan metode berpikir, khususnya sejak reformasi agama dicetuskan pada abad ke 16. Korea Selatan, negara yang dekat dengan negara kita, bisa juga menjadi acuan.

Salah satu yang terlintas di pikiran untuk mencapai impian Indonesia emas adalah memberikan mata kuliah filsafat bagi mahasiswa. Mata kuliah ini dibuat menjadi mata kuliah wajib, dan diberikan selama empat semester atau 8 sks (satuan kredit semester) kepada mahasiswa. Mata Kuliah Filsafat

readingnew

Apa Itu Filsafat?

Bila Anda termasuk baru mengenai Filsafat, Filsafat (bahasa Inggris: Philosophy) berasal dari kata Yunani, philosophia. Artinya, mencintai hikmat. Ada yang mengatakan bahwa 'Filsafat mengajarkan kehidupan yang baik.' Yang lain mengatakan, 'Filsafat sebagai pencarian kebenaran.'

Di dunia akademis, Filsafat adalah "analisa yang kritis terhadap konsep-konsep yang mendasar dari pikiran manusia, diskusi tentang bagaimana sepatutnya manusia berpikir dan bertindak termasuk diskusi tentang alam realita." (Introduction to Philosophy, Norman L. Geisler & Paul D. Feinberg)

Seirama dengan artinya, Filsafat fokus pada pencarian kebenaran. Filosof berusaha 'menemukan' kebenaran dengan berbagai metode baik berupa meragukan, menggali informasi, membandingkan pemikiran atau bertanya. Filosof tidak menerima begitu saja pemikiran yang ditawarkan dan tidak menganggap remeh pemikiran-pemikiran baru. Orang-orang yang berpikir filosofis tidak tergesa-gesa memberikan pendapat yang prejudice.

Yang sering muncul dari filosof adalah aktifitas bertanya. Apa yang tidak jelas- filosof bertanya. Apakah itu pernyataan, asumsi, defenisi atau yang lain yang dapat mengaburkan makna- filosof bertanya. Tidak heran kalau filosof identik dengan sosok yang selalu bertanya. Bila berhenti bertanya, ia berhenti sebagai filosof.

Pertanyaan-pertanyaan paling mendasar dalam Filsafat tidak begitu banyak. Seperti yang dituturkan oleh Jostein Gaarder, hanya ada empat pertanyaan penting dalam Filsafat: 'bagaimana alam semesta dicipta? Apakah ada sesuatu dibalik setiap peristiwa? Apakah ada kehidupan setelah kematian? Dan yang terpenting, bagaimana seharusnya manusia hidup?'

Mengapa Mata Kuliah Filsafat Penting?

Banyak alasan mengapa Filsafat penting. Salah satu adalah bahwa mata kuliah Filsafat membantu mahasiswa untuk membuat keputusan, khususnya berkaitan dengan keputusan-keputusan yang strategis, keputusan-keputusan yang memiliki landasan filosofis.

Selain itu, proses berpikir rasional akan semakin baik; tidak mudah dihasut oleh propaganda-propaganda yang merugikan diri sendiri, orang lain, masyarakat atau negara; tidak mudah menerima begitu saja wejangan elite agama yang membodohi masyarakat.

Mahasiswa yang sudah mengecap mata kuliah Filsafat diharapkan tidak mudah terpengaruh oleh arus pemikiran tertentu. Dalam diskusi, mahasiswa dapat menunjukkan kelemahan asumsi yang dipakai orang lain dalam pernyataan filosofisnya.

Mahasiswa bisa memberikan argumentasi penyeimbang bila ada pernyataan atau asumsi yang keliru. Minimal, nuansa orang yang telah mengecap mata kuliah Filsafat terasa dalam diskusi-diskusi yang disiarkan ke publik bila suatu saat mahasiswa menjadi public figure.

Mereka memiliki teknik berbicara dengan nuansa filsafat sehingga diskusi menjadi tontonan yang mendidik.

aircraft

Pelajaran dari Kampus di Negara-Negara Barat

Ketika saya kuliah di Bandung, saya tidak mendapat pelajaran Filsafat. Barangkali mata kuliah ini dianggap tidak penting di kampus yang sangat kental dengan bidang Engineering itu.

Mungkin juga karena pengaruh pikiran John Dewey yang berhaluan 'pragmatis', mata kuliah ini kalah bersaing dengan mata kuliah lain; tidak dianggap sebagai salah satu mata-kuliah-dasar. Di kampus lain pun, hanya pada jurusan-jurusan tertentu saja mahasiswa mendapat mata kuliah yang berharga ini.

Ketika kuliah di Colorado School of Mines, USA, saya mendapatkan mata kuliah ini. Sayangnya, materi yang diberikan pada saat itu adalah filsafat dari arus eksistensialis, yang bersama-sama dengan arus rasionalis berusaha mengusur posisi agama dari kehidupan publik, menggusur agama ke pinggiran kehidupan.

Filsafat Bukan Segalanya

Filsafat memang bukan segalanya; begitu juga dengan mata kuliah Filsafat. Banyak pertanyaan tidak selalu dapat dijawab Filsafat. Jawaban kadang bahkan sering harus datang dari 'bidang lain.'

Prinsip-prinsip yang disodorkan para filosof pun sering berbeda bahkan bertolak-belakang satu sama lain. Plato misalnya mengutamakan dunia sana (ide) sedangkan Aristoteles mengutamakan dunia sini (realita).

Sekalipun jawaban tidak selalu ada dalam Filsafat, ilmu yang mengandalkan pertanyaan ini tetaplah penting. Ibarat makanan bagi tubuh, Filsafat merupakan 'nutrisi' yang penting bagi pikiran.

Selain itu, Filsafat merupakan alat bantu untuk melatih dan mengasah pikiran. Pikiran tidak suka kekacauan. Ia peka terhadap ketidakteraturan. Pikiran bisa curiga. Bila ia menemukan kejanggalan, pikiran akan bertanya. Pikiran kadang tidak mudah dikelabui dan tidak puas dengan jawaban-jawaban pragmatis.

Sangat baik kalau mata kuliah Filsafat dibuat menjadi mata kuliah-dasar bagi mahasiswa. Dengan demikian, para mahasiswa mempunyai bekal bagaimana berpikir jernih, memahami prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar yang melatar-belakangi tindakan seseorang atau kebijakan-kebijakan publik, yang dibutuhkan untuk merealisasikan impian Indonesia emas pada tahun 2045. (JM)

Refleksi:

  1. Sebagai perkenalan untuk Filsafat, salah satu buku yang bagus adalah Sophie's World, karya Jostein Gaarder, yang mengungkap sejarah pikiran dalam dunia Filsafat selama 2500 tahun. Buku ini mudah dibaca bahkan oleh seorang siswa yang masih duduk di SMP sekalipun. Sisihkan waktu Anda untuk membaca buku ini.
  2. Kalau Anda mengenal dekan atau rektor di kampus, atau Dirjen di Departemen Pendidikan, coba Anda usulkan untuk memasukkan mata kuliah Filsafat sebagai mata kuliah dasar di kampus.

Link Terkait

Bagaimana Pola Pikir Terbentuk?

Bagaimana Pola Pikir Berubah?

Tips Merubah Pola Pikir



Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com