Mata Kuliah Filsafat

Mungkinkah mata kuliah Fisafat dimasukkan ke kurikulum mahasiswa? Ini tentu hanya refleksi pribadi saja. Tentu, saya sangat senang bila ini bisa diwujudkan.

Banyak alasan mengapa ini penting. Salah satu adalah bahwa pelajaran Filsafat membantu mahasiswa dalam membuat keputusan, khususnya berkaitan dengan keputusan-keputusan yang strategis.

Ketika saya kuliah di Bandung, saya tidak mendapat pelajaran Filsafat. Barangkali mata kuliah ini dianggap tidak penting di institusi yang sangat kental dengan bidang Engineering itu.

Mungkin juga karena pengaruh pikiran John Dewey yang berhaluan 'pragmatis', mata kuliah ini kalah bersaing dengan mata kuliah lain; tidak dianggap sebagai salah satu  mata-kuliah-dasar.

Di kampus lain pun, hanya pada jurusan-jurusan tertentu mahasiswa mendapat mata kuliah berharga ini.

Bila Anda termasuk baru mengenai istilah ini, Filsafat adalah salah satu bidang pengetahuan yang sangat penting. Kata Filsafat sendiri (bahasa Inggris: Philosophy) berasal dari kata Junani, philosophia. Artinya, mencintai hikmat.

Ada juga yang mengatakan bahwa 'Filsafat mengajarkan kehidupan yang baik.' Yang lain mengatakan, 'Filsafat sebagai pencarian kebenaran.'

Bagi yang bergulat di dunia akademis,



Filsafat adalah "analisa yang kritis terhadap
konsep-konsep yang mendasar dari pikiran manusia, diskusi tentang bagaimana sepatutnya manusia berpikir dan bertindak termasuk diskusi tentang alam realita." (Introduction to Philosophy, Norman L. Geisler & Paul D. Feinberg)

Seirama dengan artinya, Filsafat memang fokus pada pencarian kebenaran. Filosof berusaha 'menemukan' kebenaran dengan berbagai metode baik berupa meragukan, menggali informasi, membandingkan pikiran atau bertanya.

Ia tidak menerima begitu saja pikiran yang ditawarkan dan tidak menganggap remeh pikiran-pikiran baru.

Orang-orang yang berpikir filosofis tidak tergesa-gesa memberikan pendapat yang prejudice. Mereka mencari, mempelajari, dan menganalisa asumsi-asumsi yang digunakan.

Para filosof, baik yang professional maupun amatiran, kadang menggunakan proses berpikir negatif untuk mengkritik bahkan bisa menunjukkan kelemahan asumsi yang dipakai.

Mereka bisa juga memberikan argumentasi penyeimbang bila ada kekeliruan. Namun, yang paling sering digunakan adalah metode bertanya. Tidak heran kalau para filosof identik dengan sosok yang selalu bertanya.

Pertanyaan-pertanyaan paling mendasar dalam Filsafat tidak begitu banyak. Seperti yang dituturkan oleh Jostein Gaarder,

hanya ada empat pertanyaan penting dalam
Filsafat: 'bagaimana alam semesta dicipta? Apakah ada sesuatu dibalik setiap peristiwa? Apakah ada kehidupan setelah kematian? Dan yang terpenting, bagaimana seharusnya manusia hidup?'

Filsafat memang bukan segalanya; begitu juga dengan mata kuliah Filsafat. Banyak pertanyaan tidak selalu dapat dijawab Filsafat. Jawaban kadang bahkan sering harus datang dari 'bidang lain.'

Prinsip-prinsip yang disodorkan para filosof pun sering berbeda bahkan bertolak-belakang satu sama lain.

Contoh yang sederhana adalah Plato dan Aristoteles. Plato misalnya mengutamakan dunia sana (ide); sedangkan Aristoteles mengutamakan dunia sini (realita).

Sekalipun jawaban tidak selalu ada dalam Filsafat, ilmu yang mengandalkan pertanyaan ini tetaplah penting. Ibarat makanan bagi tubuh, Filsafat merupakan 'nutrisi' yang penting bagi pikiran.

Selain itu, Filsafat merupakan alat bantu untuk melatih dan mengasah pikiran. Seperti diketahui, pikiran tidak suka akan kekacauan. Ia peka terhadap ketidakteraturan.

Bila ia menemukan kejanggalan, pikiran akan bertanya. Pikiran curiga. Pikiran kadang tidak selalu mudah dikelabui. Pikiran kadang bahkan sering tidak puas dengan jawaban-jawaban pragmatis.

Para filososf sebenarnya, mengikuti alur berpikir seperti ini. Bedanya dengan khalayak umum adalah bahwa para filosof atau yang pemula berpikir filosofis, mulai secara konsisten menggunakan prinsip-prinsip akal sehat.  

Sangat baik kalau mata kuliah Filsafat bisa dimasukkan dalam daftar mata kuliah-dasar bagi mahasiswa. Bahkan kalau bisa, mata pelajaran Filsafat diberikan kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dengan demikian, para siswa maupun mahasiswa mempunyai bekal bagaimana berpikir jernih dan memahami prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar yang melatar-belakangi tindakan seseorang atau kebijakan-kebijakan publik. (JM)

Renungan:

  1. Sebagai perkenalan untuk Filsafat, salah satu buku yang bagus adalah Sophie's World, karya Jostein Gaarder, yang mengungkap sejarah pikiran dalam dunia Filsafat selama 2500 tahun. Buku ini mudah dibaca bahkan oleh seorang siswa yang masih duduk di SMP sekalipun. Sisihkan waktu Anda untuk membaca buku ini.
  2. Kalau Anda mengenal kepala sekolah menengah atas, dekan atau rektor di kampus, atau Dirjen di Departemen Pendidikan, coba Anda usulkan untuk memasukkan mata kuliah Filsafat sebagai mata kuliah dasar di kampus atau jadi mata pelajaran di sekolah.





Link Terkait

Pola Pikir (Kerangka Berpikir)


Bagaimana Pola Pikir Terbentuk?

Bagaimana Pola Pikir Berubah?

Proses Perubahan Pola Pikir

Tips Merubah Pola Pikir


Mata Kuliah Filsafat


Melatih Pikiran dengan Membaca

Kekuatan Berpikir Negatif (Kritis)

Tips Mengurangi Kebiasaan Mengkritik

Delapan (8) Tips Mencegah Stress Berlebihan



Copyright 2009-2023 putra-putri-indonesia.com