Salah satu aktifitas yang paling berharga bagi saya adalah membaca buku. Ke manapun saya pergi selalu saya membawa satu atau dua buku.
Apakah itu mau bertemu dengan seseorang atau menghadiri acara-acara, buku selalu saya siapkan untuk mengantisipasi bila pertemuan atau acara tidak dimulai tepat waktu.
Dengan demikian, saya tidak perlu kesal atau merasa kehilangan waktu karena bisa tetap mengisi waktu dengan aktifitas yang sangat berguna.
Pentingnya membaca buku bagi saya terinspirasi oleh artikel yang ditulis oleh Charles Swindoll dalam bukunya berjudul Come before Winter and Sharing my Hope.
Tulisannya tidak begitu panjang. Singkatnya, membaca buku merupakan salah satu cara untuk melatih pikiran.
Ujilah diri Anda sendiri- berapa sering Anda membaca dan berapa lama Anda menyisihkan waktu untuk membaca?
Anda akan tahu apakah Anda
termasuk 'kaum elit' atau bukan. Bila Anda memiliki kebiasaan membaca
buku, Anda termasuk mahluk langka di bawah kolong langit ini.
Tidak
usah bicara tentang kebiasaan membaca buku, mengambil waktu untuk
membaca buku saja merupakan aktifitas yang jarang.
Mungkin ada waktu membaca koran atau pesan-pesan singkat di HP atau WA, tetapi membaca buku- ini merupakan gaya hidup yang langka.
Hanya orang yang hati dan pikirannya yang sudah tercerahkan akan membuat ini sebagai gaya hidup yang sangat berharga.
Membaca buku bukanlah aktifitas yang mudah. Menurut para ahli, membaca lebih sulit dari mendengar. Pikiran memerlukan energi lebih banyak untuk mengubah huruf-huruf ke dalam bahasa yang dimengerti oleh pikiran.
Tidak heran mata mudah mengantuk setelah membaca belasan menit. Mata tidak kuat melihat huruf-huruf yang dirangkai jadi kata dan kalimat; tubuh maunya mengerjakan yang lain setelah duduk dan membaca satu atau dua paragraf.
Lebih mudah tergoda untuk membaca pesan-pesan WA, status orang lain di Facebook atau menonton tv ataupun bermalas-malasan di rumah dari pada bersahabat dengan buku.
Bacaan-bacaan berbobot tidak menjadi konsumsi. Akibatnya, pikiran berkembang tanpa 'nutrisi dan gizi' dari buku-buku bermutu.
Tidak heran pikiran menjadi kurus kering. Ibarat tubuh yang kekurangan makanan, pikiran menonjolkan 'tulang-tulang' yang tidak sedap dipandang mata. Pikiran jadi tumpul.
Kata-kata yang diucapkan banyak tak bernilai. Humor dangkal bahkan jorok dan merendahkan orang sering digulirkan.
Ide-ide yang disodorkan pun sering mentah; muncul spontan tanpa didukung informasi yang reliable. Minim konsep yang sistemik.
Komentar yang diberi pun tak berbobot; kadang bahkan sering sekedar memuaskan nafsu bicara yang tak terbendung. Gampang emosi dan mudah takluk pada situasi.
Pesan-pesan di WA pun hanya forward-an atau simbol-simbol yang kadang membuat pikiran bertanya.
Bagaimana melatih pikiran? Salah satu cara adalah membaca buku. Dengan membaca buku, pikiran-pikiran kering, kalut dan kusam akan tersingkir.
Dengan membaca buku, apalagi membaca buku-buku yang berbobot, ide-ide yang ditawarkan penulis dapat pelan-pelan menggusur ide-ide buruk yang bercokol begitu lama dalam pikiran.
Bisa terjadi pergulatan ide dan pertarungan tidak selalu dimenangkan oleh ide baru. Namun, bila faktor x mendukung, ide-ide baru yang menyegarkan dan benar dapat menyingkirkan ide-ide buruk yang menghuni pikiran.
Pikiran pun berangsur-angsur pulih; muncul gairah baru dalam kehidupan.
Dengan membaca buku, bisa muncul pengharapan baru. Muncul inspirasi. Bisa muncul ide untuk perubahan. Kata-kata yang diucapkan bisa bernada positif tanpa mengabaikan pikiran kritis.
Ketika ide-ide yang baik dan benar berakar di hati, ini terpancar lewat tubuh. Benar kata ungkapan, 'apa yang diucapkan berasal dari hati dan pikiran.' kata-kata yang diucapkan menunjukkan 'warna' kepribadian.
Selain itu, dengan membaca buku, ide-ide yang mentah bisa dikembangkan. Solusi-solusi kreatif bisa muncul karena pikiran terus bereksplorasi. Dalam lingkungan kerja, dampaknya akan terasa.
Gairah kerja bisa muncul dalam pekerjaan; pekerjaan jadi bermakna. Uang bukan lagi sasaran utama, tapi menjadi budak untuk memperbaiki segala hal.
Waktu pun menjadi harta yang paling berharga. Bekerja tidak lagi untuk 'killing time', tetapi 'redeeming time'.
Pikiran harus terus-menerus dilatih. Dalam berbagai bidang, hukumnya sama. Hanya melalui pemahaman prinsip-prinsip dan latihan secara rutin, konsisten dan terus-menerus, pikiran jadi terlatih.
Ibarat kera yang liar, pikiran butuh edukasi dan latihan yang terus menerus. Dengan memiliki kebiasaan membaca buku, pikiran jadi terdidik.
Renungan:
Link Terkait
Pola Pikir (Kerangka Berpikir) Sebagai Fondasi Seluruh Tindakan Kita
Bagaimana Pola Pikir Terbentuk?
Bagaimana Pola Pikir Berubah?
Faktor X dalam Proses Perubahan Pola Pikir
Tips Merubah Pola Pikir
Mata Kuliah Filsafat: 'Nutrisi' untuk Pikiran
Melatih Pikiran dengan Membaca
Kekuatan Berpikir Negatif (Kritis)
Tips Mengurangi Kebiasaan Mengkritik
Delapan (8) Tips Mencegah Stress Berlebihan
Copyright 2009-2020 putra-putri-indonesia.com
Berlangganan
Putra-Putri-Indonesia.com (Free)